Pilih Coblos Caleg Atau Partai, Ini Kata Masyarakat
Pilih Coblos Caleg Atau Partai, Ini Kata Masyarakat

KPU Gelar Simulasi Pemungutan Suara. ©2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Merdeka.com – Wacana sistem pemilu proporsional tertutup atau coblos partai mencuat di publik menjelang Pemilu 2024. Padahal selama ini, Indonesia memakai sistem proporsional terbuka di mana pemilih bisa langsung memilih calon anggota legislatif (caleg). Sementara bila sistem proporsional tertutup, hanya memilih logo partai politik peserta pemilu.
Masyarakat punya pendapatnya masing-masing mengenai dua pilihan wacana itu. Salah satunya pedagang bernama siomay bernama Somat (40), ia lebih mendukung mencoblos caleg.
“Coblos caleg,” kata Somat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (5/1).
Somat beralasan, caleg lebih jelas mengutarakan visi dan misinya. Sedangkan, ia tidak terlalu mengetahui visi misi partai politik.
“Alasannya kalau caleg lebih jelas visi misinya, kalau partai saya belum tau juga,” ucapnya.
Somat juga sering ikut mencoblos di kampungnya saat hari pemilihan. Kata dia, mencoblos caleg lebih transparan.
“Nyoblos di kampung, lebih terbuka,” tugas Somat.
Sementara, seorang pengendara ojek online bernama Denis (33) lebih memilih mencoblos partai. Berbeda dengan Somat, ia justru tidak mengenal calon-calon wakil rakyatnya.
“Saya partai, soalnya dari dulu keluarga lebih milih partai, kalau caleg gatau soalnya gak ngikutin,” kata Denis.
Menurutnya, logo partai lebih mudah diingat masyarakat. Lagi pula, ketika dipilih, anggota DPR belum tentu benar-benar bekerja.
“Logo partai lebih gampang diingat, kalau caleg gak familiar, gak terlalu ngikutin politik saya,” ucapnya.
“Kalau saya mah kalau yang siapa aja yang jadi (anggota DPR) belum tentu benar,” ujar Denis.
Advertisement
Selain itu, warga bernama Rahmat (50) lebih mendukung mencoblos partai politik. Menurutnya, partai politik lebih solid ketimbang calegnya.
“(Nyoblos) partainya, lebih solid,” kata Rahmat.
Karena sebenarnya, dirinya juga tidak menyukai orang orang yang maju menjadi caleg. Rahmat lebih senang kepada partai politik.
“Kalau caleg saya kurang ini, pemain pemainnya kurang senang saya, kalau partai senang,” kata dia.
Rahmat pun menyukai logo-logo partai politik. Sedangkan, ia tidak terlalu paham mengenai calon legislatif.
“Itu juga bagus logonya, kalau caleg gak begitu paham saya, yang saya senang dari dulu partainya,” kata pria yang sehari-sehari menjual barang bekas ini.
[lia]
Baca juga:
Sistem Proporsional Terbuka Dinilai Jadi Penyebab Caleg Intelektual Sering Kalah
Sekolah Partai PDIP jadi Langkah Awal Pembekalan Ideologi Calon kepala Daerah
Sekjen PDIP: Masyarakat Menilai Anies Merupakan Antitesa dari Presiden Jokowi
Burhanuddin Minta Jaksa Tetap Netral Jelang Tahun Politik, Jika Tidak Disanksi Tegas
Survei Indikator, Elektabilitas Ganjar-Erick Thohir Naik Jelang Pemilu 2024
Sekjen PDIP: Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Cenderung Nepotisme