Budaya Luhur Berisi Kerukunan, Masyarakat Jangan Mudah Dipecah Belah
Budaya Luhur Berisi Kerukunan, Masyarakat Jangan Mudah Dipecah Belah

Ilustrasi keberagaman dan kerukunan. ©2020 Merdeka.com/flickr.com
Merdeka.com – Mewujudkan persatuan umat bebas dari intoleransi, radikalisme dan terorisme masih menjadi pekerjaan rumah. Untuk itu masyarakat harus terus diberi pemahaman agar terhindar dari segala macam bentuk upaya adu domba.
“Perlu penguatan pemahaman nilai-nilai luhur yang disebut PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 45) yang mana itu adalah basis konstitusi bangsa yang sudah disepakati bersama,” ujar Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, Muflich Chalif Ibrahim, Jumat (6/1).
Menurutnya, budaya luhur berisi semangat perdamaian, kerukunan, gotong royong telah menjadi ciri khas bangsa ini. Di mana kemajemukan dan keberagaman adalah modal sosial yang sangat besar.
“Saya pikir itu perlu ada dialog-dialog terbuka. Kita berusaha terus dan tidak kenal lelah dalam menjalankan asas pertama mewujudkan persatuan umat,” kata Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini.
Muflich berharap tokoh masyarakat dan tokoh agama, sebagaimana upaya dilakukan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) terus mendorong dan mensosialisasikan program pemerintah guna menciptakan kerukunan hidup antar- umat beragama.
“Di mana hal itu tentunya dengan meningkatkan silaturahim antar-sesama dan sebagainya agar masyarakat kita tidak mudah dipecah belah dan diadu domba,” tegasnya.
Dia juga yakin bangsa ini mampu menjadi bangsa dengan peradaban yang unggul dengan saling menghormati, berprinsip pada kebersamaan.
“Mari kita bersama-sama juga meningkatkan inisiatif dan potensi masyarakat dalam membangun peradaban masyarakat agar terbebas dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme,” jelasnya.
Muflich melihat selama ini pemerintah melalui BNPT gencar mendorong semangat wawasan kebangsaan, penguatan nilai-nilai luhur Pancasila termasuk juga moderasi beragama. [did]
Baca juga:
Khidmat Umat Hindu Rayakan Galungan
Pelarangan Ibadah Natal di Bogor, Cak Imin: Tak Boleh Ada Pemaksaan Beragama
Kisah Kidung Natal Berbahasa Madura di Jember, Tetap Eksis hingga Kini
Mengunjungi Gereja Mojowarno, Pusat Syiar Kristen di Jawa Timur
Perkuat Toleransi, Hindari Provokasi Terhadap Umat Berbeda Agama
Kapolri Sigit Tinjau Peresmian Rumah Ibadah di Kepri: Bagian Etalase Toleransi