Aksi 212: ‘Ahok tidak ditahan, jangan kaget jika Jokowi kita tumbangkan’
Jakarta – Di tengah guyuran hujan, para peserta aksi 212 tetap menggelar demonstrasi di depan gedung DPR/MPR, Jakarta, pada Selasa (21/02). Dalam aksi itu mereka menuntut penahanan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Massa yang terdiri dari simpatisan organisasi Forum Umat Islam (FUI) dan sejumlah mahasiswa telah berkumpul di kawasan depan gedung DPR/MPR sejak pukul 07.00 WIB.
Sebagaimana dilaporkan wartawan Hilman Handoni, ribuan peserta memadati jalan di depan gedung DPR/MPR di tengah derasnya hujan. Hingga pukul 11.00 WIB massa masih terus berdatangan sehingga ruas jalan ditutup total dan sebagian kendaraan diarahkan masuk ke jalan tol.
Dalam orasi, salah satu pimpinan aksi menyerukan Ahok ditahan atas tuduhan penistaan agama Islam.
“Kalau Ahok tidak ditahan juga, maka jangan kaget kalau Jokowi yang kita tumbangkan. Sudah tiga kali diingatkan dengan damai, jika tidak didengarkan maka kita revolusi,” ujar sang orator, yang disambut pekikan takbir para peserta.
Orator juga bertanya ke massa, “Siap menginap?”
“Siap,” ujar sejumlah simpatisan.
Dari berbagai daerah
Para peserta aksi 212 datang dari berbagai daerah di luar Jakarta. Maman, misalnya, mengaku datang dari Bandung, Jawa Barat.
“Saya datang bersama sekitar 100 teman. Kita menginap sejak kemarin di Masjid Al Falah, Petamburan. Saya siap menginap di DPR jika tuntutan (agar Ahok mundur dari jabatan sebagai gubernur DKI Jakarta) tidak dikabulkan,” kata Maman.
Selain dari Bandung, ada pula sejumlah peserta perempuan. Farah Zakia mengaku datang dari Bogor, Jawa Barat, bersama 300 perempuan lainnya yang tergabung dalam kelompok ‘Mujahidah Bogor’.
“Cukup dua hari saja kami mengorganisasi keberangkatan. Kami berangkat dengan dana swadaya, tanpa bantuan partai politik,” ujar Farah.
Dia bergabung dengan aksi 212 karena “ada campur tangan asing yang ingin mengadu domba dengan pemerintah.”
Siapa pihak asing yang dimaksud? “Mereka adalah komunis, syiah, dan lain-lain,” tegas Farah.
Aksi 212 ini juga diikuti oleh anak-anak di bawah umur.
Sutisna alias Entis belum berusia 18 tahun. Dia datang bersama 10 orang temannya dari Banten, yang juga belum berhak memiliki Kartu Tanda Penduduk.
“Kami menginap di masjid dekat Tanah Abang,” kata Entis.
NU dan Muhammadiyah absen
Aksi tersebut tidak diikuti dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Rais Aam PBNU dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Ma’ruf Amin, sebelumnya menyatakan “aksi 212 bersifat politis”.
Front Pembela Islam (FPI) juga telah menyatakan tidak akan ikut serta aksi.
Padahal kelompok ini bersama-sama FUI merupakan penggerak aksi anti-Ahok di Masjid Istiqlal pada 11 Februari lalu, di Monumen Nasional pada 2 Desember 2016, dan aksi 4 November 2016.
Bersamaan dengan digelarnya aksi 212, Ahok menjalani sidang ke-11 kasus dugaan penistaan agama di auditorium gedung Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.